Website Get Lost in Indonesia

Berbagi foto perjalanan kamu waktu nyasar di Indonesia bersama Losteners lainnya melalui website Get Lost in Indonesia

Mau #GLiIShirt? Klik di sini!

Tetap tampil keren selama nyasar di Indonesia bersama #GLiIShirt. Ayo dapatkan segera, Losteners!

Bali yang Selalu Membuat Kita Kembali

Bali adalah destinasi favorit di Indonesia yang tiada henti-hentinya dikunjungi setiap tahun oleh wisatawan. Apa saja atraksinya yang membuat kita selalu kembali ke sana?

Galeri Curug Cilember

Berada di Ibukota tidak boleh menyurutkan niat untuk 'nyasar' keliling Indonesia. Mulai saja dari destinasi yang dekat seperti Curug Cilember.

Jogjakarta : Keramahan dan Budaya yang Membuat Rindu

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu. Inilah kerinduan pada Yogyakarta yang tersurat dalam sebuah lagu. Mungkinkah harus selalu kembali ke sana setiap waktu?

Rabu, 16 Oktober 2013

Bernostalgia di Ujung Genteng (part 2 of 2)

Perjalanan di Pantai Ujung Genteng tidak hanya berhenti di sekitar pantai tetapi masih ada destinasi menarik yang nggak akan mau kamu lewatkan. Teruskan langkah kamu menuju Curug Cikaso dan rasakan kesegaran yang alam berikan. 

Tempat peristirahatan Curug Cikaso



Selasa, 24 September 2013

Bernostalgia di Ujung Genteng (part 1 of 2)

Pantai Ujung Genteng berada di pesisir selatan Jawa Barat. Tidak hanya menyajikan pantai dengan ombak yang indah tetapi juga keharmonisan alam berkat adanya konservasi penyu di tempat ini. Apa saja keindahan yang dapat kamu nikmati di Pantai Ujung Genteng?

Pantai Ujung Genteng

Rabu, 04 September 2013

Galeri Wisata Bromo dan sekitarnya

Gunung Bromo menjadi salah satu destinasi terbaik di Indonesia. Melihat lukisan alam dari atas menjadi pemandangan favorit bagi para wisatawan yang mengunjunginya. Namun, tidak hanya itu, masih banyak lagi keindahan yang dapat dinikmati di sekitar Gunung Bromo. Apa saja?

Panorama Gunung Bromo

Rabu, 21 Agustus 2013

Bali yang selalu membuat kita kembali (part 2 of 2)

Bali dan kebudayaannya yang khas membuat siapapun berhasrat untuk terus mengunjunginya. Mari telusuri lebih lanjut perjalanan ke Bali lewat foto-foto dokumentasi berikut ini.

Rabu, 31 Juli 2013

Bali yang selalu membuat kita kembali (part 1 of 2)

Sepertinya tidak ada yang pernah puas untuk datang sekali saja ke Pulau Dewata ini. Bali, selalu memberikan nuansa yang membuat kamu merasakan kangen dan bergairah untuk terus nyasar ke sana. Apa saja keindahannya yang membuat kamu selalu kembali ke Bali?


Selasa, 25 Juni 2013

Galeri Curug Cilember

Hi, Losteners.

Perjalanan menuju Curug Cilember ini dilakukan pada Sabtu, 4 Desember 2010 seperti diceritakan pada catatan perjalanan ini. Enjoy the Curug Cilember!



Senin, 10 Juni 2013

Jogjakarta : Keramahan dan Budaya yang Membuat Rindu (Part 2 of 2)


Seperti Memiliki Pantai Pribadi di Pantai Krakal
Hamparan laut luas tak bertepi serta suasana sunyi yang hanya memperdengarkan deburan ombak selalu dapat membuat pikiran saya berelaksasi sambil mengagumi keindahan Tuhan. Hal inilah yang saya rasakan ketika tiba di Pantai Krakal.

Pantai Krakal, Gunung Kidul (dok.istimewa)

Jogjakarta : Keramahan dan Budaya yang Membuat Rindu (Part 1 of 2)

Pulang ke kotamu. Ada setangkup haru dalam rindu. Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna. Terhanyut aku akan nostalgi. Saat kita sering luangkan waktu, nikmati bersama. Suasana Jogja. (Jogjakarta - Kla Project)
Tugu Jogja (dok. istimewa)

Kamis, 16 Mei 2013

Menjajal Kota Padang & Bukittinggi (Part 2 of 2)

Pulau pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Sikuai. Sayang sekali pulau ini sudah lama ditutup  sejak tahun lalu. Persisnya sih nggak tahu kenapa mungkin soal sengketa tanah tapi orang-orang setempat juga kurang tahu kenapa. Dari jauh bisa dilihat resort-resort Pulau Sikuai yang megah namun sudah kotor dan tidak terurus. Beberapa kaca ada yang pecah. Suasana pulau ini juga sepi. Tapi pasirnya putih dan sangat indah. Sayang sekali. Kalau mau ke sini harus bayar Rp 50ribu/kepala. Perlu diketahui juga pulau ini dijaga oleh TNI AL.




Dermaga Pantai Bungus namun sayang banyak papan yang lepas

Pulau pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Sikuai. Sayang sekali pulau ini sudah lama ditutup  sejak tahun lalu. Persisnya sih nggak tahu kenapa mungkin soal sengketa tanah tapi orang-orang setempat juga kurang tahu kenapa. Dari jauh bisa dilihat resort-resort Pulau Sikuai yang megah namun sudah kotor dan tidak terurus. Beberapa kaca ada yang pecah. Suasana pulau ini juga sepi. Tapi pasirnya putih dan sangat indah. Sayang sekali. Kalau mau ke sini harus bayar Rp 50ribu/kepala. Perlu diketahui juga pulau ini dijaga oleh TNI AL.





Pulau kedua adalah Pulau Pagang. Pulau ini paling bagus dari pulau yang lain menurut kami. Pasirnya seperti bedak. Halus, putih, bersih. Airnya bersih . Kalau mau snorkeling di sini juga sangat bagus. Banyak binatang laut yang bisa kita lihat, Ada ubur-ubur, ular laut, ikan dorris, penyu, kepiting, lobster, kerang dan masih banyak lagi. Cantik. Tempat yang cocok untuk snorkeling, berjemur, berkeliling pulau. Pulau ini tidak ramai saat kita kunjungi jadi serasa pulau milik sendiri.



Pak Burhan, teman perjalanan antar pulau. Informan penting untuk spot-spot snorkeling yang indah

Tak jauh dari Pulau Pagang, ada Pulau Pemutusan. Katanya sih biasanya bule berenang dari Pulau Pagang ke sini. Kalau kita cukup naik boat ajah. Pulau ini lebih berasa pulau pribadi lagi. Banyak spot indah untuk snorkeling dan light hiking. Cukup banyak karang-arang kecil di pasir. Biaya masuknya RP 15.000,-. Katanya ini untuk biaya kebersihan penjaga pulau ini.
Kemudian kita ke Pulau Persumpahan. Sesampainya di pulau ini, kita sudah capek jiwa raga. Jadi di pulau ini kami hanya berfoto-foto dan tidur-tiduran, tidak menikmati snorkeling. Indah sekali pulau ini.

Kamipun pulang dengan perasaan sangat senang. Kira-kira 1 jam perjalanan kembali ke Pantai Bungus. Kemudian kami bermalam di Losmen Tin-Tin sambil menikmati pemandangan Pantai Bungus tepat di depan losmen.



  Losmen Tin-Tin, tempat tim GLII menginap

Hari terakhir, kami menjelajah Jembatan Aka di daerah Bayang. Jembatan ini terbentuk dari akar dari kedua pohon di kedua pinggir sungai. Kok bisa yah? Itu benak yang pertama kali muncul. Bisa dibilang ini sejenis wahana yang menyeramkan. Agak seram kami melewatinya tapi penduduk sana tidak ada yang ketakutan karena belum ada yang pernah jatuh. Indah sekali jembatannya. Konon juga kalau mau mandi di sungah bawah jembatan bisa enteng jodoh. Tertarik, Losteners?

Jembatan Aka yang sudah ada berpuluh-puluh tahun

Kripik Balado Christine Hakim
Setelah itu, kami pergi ke Kota Padang, membeli oleh-oleh untuk orang rumah di Pusat Oleh-Oleh Christine Hakim yang sudah sangat dikenalorang banyak. Kemudian kamipun bersiap untuk kembali ke Jakarta. 

Amazing story from Kota Padang.

Menjajal Kota Padang & Bukittinggi (Part 1 of 2)

Tim GLII berhasil  menjejakkan kaki di Kota Padang, Bukittinggi. Baru saja tanggal 1 Mei, yang bertepatan dengan Hari Buruh, Tim GLII berangkat dari Jakarta ke Padang. Dengan was-was, Tim GLI berangkat ke airport karena waktu itu isu penutupan bandara kencang terdengar. Untungnya kami sampai tanpa terjebak macet. Menggunakan maskapai Citilink selama 1 jam 25 menit perjalanan, kami pun sampai dengan selamat di Kota Padang. 

Saat itu jam menunjukkan pukul 19.00. Tak sulit menemukan kendaraan menuju hotel, ada banyak taksi yang sudah menyambut kami di bandara. Namun kami memilih angkutan DAMRI yang terparkir di sudut kiri bagian Penjemputan karena ongkos lebih murah dan angkutan tepat melewati hotel yang sudah kami booking sebelum berangkat. Kami pun langsung naik Damri. Sayangnya ternyata baru tim GLII saja yang baru masuk. Jadi kami harus menunggu penumpang lain.


  Bandar Udara International Minangkabau
Tunggu punya tunggu, selama 30 menit kami menunggu penerbangan lain tiba agar angkutan DAMRI penuh. Untungnya kami tak lupa mengambil map kota Padang, Bukittinggi. Sambil menunggu, kamipun membahas itenary yang akan dikunjungi besok. 

Location map, Calender Event Padang yang tersedia di bandara

Selama 45 menit, kami berkendara dari bandara hingga pusat kota Padang. Kami turun tepat di depan Hotel Hangtuah, seberang Plaza Andalas.

Hotel Hangtuah yang terletak di pusat Kota Padang, samping Plaza Andalas

Setelah berberes, kami mencari makan malam di sekitas Plaza. Ternyata hingga jam 12 malam banyak rumah makan yang masih buka. Kami pun menyantap nasi Padang pertama kami di kota Padang dan mencicipi Martabak Kubang. Enak!


        

Makan malam, camilan wajib di Kota Padang

Besok paginya, kami pun menyantap sarapan di Hotel Hangtuah. Dengan terkejut kami melihat sarapannya saja penuh santan yaitu ketupat sayur. Wow! Karena perut tidak bisa menyesuaikan dengan lingkungan sini. Beberapa mengambil roti dengan selai. Kemudian kamipun siap menjelajah kota. Berbekal info angkutan dari receptionist hotel yang ramah, kami melanjutkan perjalanan dengan naik angkutan orange menuju Basco untuk naik travel dengan tujuan Bukittinggi. Kami sempat melewati Pantai Padang yang bersih dan indah. Pantai ini juga bisa dicapai dengan berjalan kaki dari Hotel Hangtuah. 


Sarapan bersantan khas Padang              
Angkutan umum orange dari hotel menuju travel ke Bukittinggi

Sayangnya kami harus menunggu mobil travel penuh selama sekitar satu setengah jam. Padang memang tidak macet tapi sering mengetem. Sekitar 2 jam kami sampai di Kota Bukittinggi, kami pun menjelajah kota dengan mobil sewaan karena tidak mau menghabiskan waktu dengan menyasar dan tujuan kaipun jauh-jauh.

Pemandangan khas di sepanjang jalan

Penjelajahan pertama kami yaitu Ngalau Indah atau Gua Indah di Payakumbuh. Agak jauh perjalanan dari tempat kami turun dari travel sekitar 1,5 – 2 jam. Gua sangat cantik. Banyak batu-batu indah menyerupai gajah dan sosok nenek. Stalagtite gua juga sangat banyak meski banyak juga yang sudah mati. Ketika memasuki gua sudah terdengar suara kelelawar-kelelawar. Ada juga tempat tinggal burung wallet di dalam gua. Di sini, kamu bisa menelusuri dalam gua. Sudah banyak anak tangga yang dibangun sehingga lebih aman. Cantik sekali sudut-sudut gua tak heran dinamakan Ngalau Indah. Untuk mengabadikannya,  lighting kamera harus sangat bagus karena saking gelapnya gua ini. Dari puncak gua inipun bisa melihat pemandangan kota yang indah.





Ngalau Indah, Payakumbuh

Kemudian penjelajahan kedua kami yaitu Lembah Harau dan Air Terjun Sarasah Aka Barayun. Sekitar 1,5 jam perjalanan. Selama perjalanan, kita akan dimanjakan sawah yang hijau dan udara yang bersih.  Indah sekali Lembah Harau. Katanya tebing sering dibuat wall climbing.


Lembah Harau

Kisah unik juga kami dapat di Air Terjun. Terlihat banyak sekali anak-anak kecil yang berenang dengan bahagianya. Benar-benar kesejukkan tersendiri melihat tawa canda mereka.

Sarasah Aka Barayun, lokasi tak jauh dari Lembah Harau


Puncak Sarasah Aka Barayun

Penjelajahan ketiga kami adalah Janjang Koto Gadang. Tempat ini biasa disebut The Greatwall of Koto Gadang, bentuknya seperti Tembok Cina. Orang Padang sendiri mengatakan “Ngapain jauh-jauh ke Tembok Cina, di Padang juga ada”. Ide tembok ini sendiri dicetus oleh Tifatul Sembiring. Baru beberapa bulan selesai dibangun. Bagi yang capek menaiki tembok ini, bisa memilih menuruni tembok ini saja. Bagus sekali pemandangannya. 



Setelah menelusuri tembok ini, siap-siap nantikan hadiahnya di puncak Janjang Koto Gadang yaitu pemandangan lembah Ngarai Sianok.

Setelah seharian menjejalah kota, tak lupa kami pergi ke landmark Kota Bukittinggi yang terkenal yaitu Jam Gadang. Ramai nian tempat ini ada uda-uda dan uni-uni bercengkrama. Ada juga badut-badut cilik seperti Minnie mouse dan Po. Upss. Ternyata badut ini dipakai anak kecil makanya jadi badut cilik. Saya sebut Monas dan Disneyland-nya Bukittinggi. Tak jauh dari Jam Gadang, tepatnya di seberangnya, ada Istana Bung Hatta Bukittinggi. Sayang kami datang sudah kemalaman sehingga sudah tutup.


Pengalaman seru ini belum berakhir. Yuk segera baca lanjutannya!

Kamis, 11 April 2013

Belum liar kalau belum ke Arus Citarik, Sukabumi


Anda termasuk penyuka kegiatan ekstrim? Pasti akrab mendengar kata rafting. Nah bagi yang suka rafting, patut dicoba ke Sungai Citarik, Sukabumi. Saya beserta rombongan pergi ke Citarik kira-kira jam 5 pagi. Perjalanan memakan waktu 5 jam.

Perjalanan tidak terasa jauh karena lancar. Was-wasnya hanya kita terjebak hujan karena kita pergi ketika bulan Desember. Sesampai di sana kita diberikan welcome drink & snack. Sambil makan risol, kita menyiapkan mental terlebih dahulu.

Setelah itu, kita diberikan pelampung, helm dan dayung. Kemudian dibagi berenam tiap kelompok. Masing-masing kelompok diperkenalkan dengan instrukturnya. Katanya sih dibagi sesuai berat badan karena maksimal 1 perahu 5-6 orang (belum termasuk instrukturnya).



Kemudian kami berjalan menuruni jalan bebatuan, nggak jauh, namun agak licin karena habis gerimis. Untungnya kita nggak disuruh bawa perahu sendiri.

Sampai di jalan turunan dengan lumayan lama (karena bentar-bentar kita foto-foto), kemudian mulai terdengar arus Sungai Citarik. Dari suaranya ajah terdengar kalau arusnya deras, suaranya bergemuruh kencang. Perahu-perahu karet berwarna orange sudah berjejer, maklum rombongan kami banyak ada 2 bis.

Kemudian instruktur mengajarkan kami. Ikuti kode saya yah. Kalau saya bila maju, tarik dayung ke belakang. Kalau saya bilang mundur, tarik dayung ke depan, Kalau saya bilang stop, dayung diletakkan dikedua paha. Kalau bilang BOOM, membungkuk dan pegang kedua kaki. Posisi tangan kanan jangan lepas dari gagang dayung dan tangan kiri di ujung dayung. Kaki selalu dibawah jok depan.”

Wuah seru!!!! Belum main saja, udah tegang gini. Tapi untungnya saya sudah pernah rafting dulu. Terlihat di perahu karet sebelah, ada yang menggantungkan sandal mereka di belakang perahu karet. Biar nggak hilang. Jadi kayak jualan sandal di sungai.



Ternyata arusnya dahsyat. Seru! Nggak salah dijuluki arus liar karena memang arusnya deras dan banyak pusaran-pusaran air yang bisa mikin kita muter-muter seru terbawa arus. Batu-batu di sekitar arus juga banyak sekali namun juga ada arus tenangnya yang bikin kita bisa berenang di tengah-tengah rafting.

Kita diputar-putar arus ke kanan, kiri, depan, belakang. Teman seperahu saya sampai terjengkang menimpa saya 2 kali. Perahu-perahu sebelah mana ada yang jatuh, terlempar ke sungai. Untung saya tetap stabil di perahu. Sssttt… rahasianya jaga kaki tetap tertahan di jok depan. Sakit sih tapi kamu jd seimbang. Kebetulan saya duduk di tengah. Kalau teman di depan saya kesusahan nggak bisa nyelipin kaki. Posisi tangan jangan tegang ketika arusnya sedang hebat, coba deh kamu angkat tangan ke atas sambil pegang dayung, wooo…… berasa naik wahana Niagara-gara tapi ga pake sabuk. Tapi inget kaki tetap diselipin di jok depan dan jangan berdiri yah. Instruktur pun tak henti-hentinya bilang kapal kita yang paling ramai.



Dibanding arus yang pernah saya coba di Bogor, yang ini lebih seru menurut saya. Tapi sayangnya kita pilih rafting yang jarak terpendek 5 km (1 jam) karena saya ikut rombongan di gereja jadi hanya membayar Rp 150.000,-. Semua sudah termasuk snack, makan, rafting, sertifikat, kamar mandi, asuransi dan mobil pick-up yang mengantar ke basecamp seusai kita mengikuti rafting.

Kalau yang suka rafting (termasuk saya hehe..) nggak puas yang jaraknya 5 km. Tapi kabarnya temen saya yang udah coba jarak terpanjang merasa bosan karena kelamaan.

Seusai  rafting kemudian kita menikmati kelapa muda di pinggir sungai. Segar! Terus kita naik mobil pick up, yup di baknya haha. Yang ini curam banget, Harus hati-hati karena menanjak curam tapi seru. Rafting di darat namanya.Eits.. ternyata setelah rafting, hujan pun datang. Kita beruntung sekali.


Sampai di basecamp, kita diberikan kantong plastik untuk baju ganti yang sudah basah. Semua sibuk mandi dan membersihkan diri. Nah untungnya di sana ada banyak bilik kamar mandi dan toilet. Sekitar ada 10 bilik. Bagi yang datangnya rombongan jadi menunggu tidak terlalu lama untuk mendapat giliran mandi. Airnya dinginseperti mandi dari kucuran air sungai Citarik. Kemudian kita makan siang dan makanannya enak banget. Sampai kita minta request makanannya nambah. Ada nasi putih, ayam goreng, tahu isi, sop, buah, kerupuk, sambel. Tapi enak banget.

Seusai makan, kita bersiap untuk pulang. Nah ini bagian nggak enaknya, perjalanan menempuh 7 jam karena macet. Maklum musim hujan, banjir dimana-mana. Disarankan datang ke sini musim kemarau yah. Ingin sekali datang ke sana lagi, karena masih kurang puas. Tunggu saya yah Citarik.

(Artikel ini sudah mendapat persetujuan penyebaran tulisan di situs GLII dari penulis aslinya, Novie)