Website Get Lost in Indonesia

Berbagi foto perjalanan kamu waktu nyasar di Indonesia bersama Losteners lainnya melalui website Get Lost in Indonesia

Mau #GLiIShirt? Klik di sini!

Tetap tampil keren selama nyasar di Indonesia bersama #GLiIShirt. Ayo dapatkan segera, Losteners!

Bali yang Selalu Membuat Kita Kembali

Bali adalah destinasi favorit di Indonesia yang tiada henti-hentinya dikunjungi setiap tahun oleh wisatawan. Apa saja atraksinya yang membuat kita selalu kembali ke sana?

Galeri Curug Cilember

Berada di Ibukota tidak boleh menyurutkan niat untuk 'nyasar' keliling Indonesia. Mulai saja dari destinasi yang dekat seperti Curug Cilember.

Jogjakarta : Keramahan dan Budaya yang Membuat Rindu

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu. Inilah kerinduan pada Yogyakarta yang tersurat dalam sebuah lagu. Mungkinkah harus selalu kembali ke sana setiap waktu?

Rabu, 11 Agustus 2010

Mesjid Menara Kudus dulu dan sekarang


Disebut juga sebagai mesjid Al Aqsa dan Mesjid Al Manar. adalah mesjid yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 Masehi atau tahun 956 Hijriah dengan menggunakan batu dari Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama dan terletak di desa Kauman, kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Mesjid ini berbentuk unik, karena memiliki menara yang serupa bangunan candi. Masjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu.










Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Menara_Kudus

Masjid Istiqlal







Masjid Istiqlal adalah Masjid yang terbesar di Asia Tenggara. Masjid ini merupakan suatu kebanggaan bagi Bangsa Indonesia, sebagai manifestasi ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas curahan karunia-Nya, bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam dapat berhasil memperjuangkan kemerdekaan dan terbentuknya Negara RI. Oleh karena itulah masjid ini dinamakan ISTIQLAL artinya MERDEKA.

Setelah penyerahan kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia tahun 1949, maka tercetuslah ide pembangunan Masjid Istiqlal di Jakarta oleh Bapak KH. Wahid Hasyim (Menteri Agama tahun 1950) dan Bapak Anwar Cokroaminoto, yang selanjutnya ditunjuk sebagai Ketua Yayasan Masjid Istiqlal.

Pada tahun 1953 dibentuklah panitia pertama pembangunan Masjid Istiqlal, yang diketuai oleh Bapak Anwar Cokroaminoto. Beliau menyampaikan ide pembangunan Masjid Istiqlal kepada Presiden RI DR. Ir. Soekarno dan ternyata mendapat sambutan hangat, bahkan Presiden akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal.

Pada tahun 1954, DR. Ir. Soekarno oleh Panitia diangat sebagai Kepala Bagian Teknik Pembangunan Masjid Istiqlal, dan sejak itulah beliau aktif dalam kegiatan-kegiatan Masjid Istiqlal antara lain sebagai Ketua Dewan Juri untuk menilai sayembara maket Istiqlal.

Pada tahun 1955, diadakan sayembara membuat gambar dan maket pembangunan Masjid Istiqlal, yang diikuti oleh 30 peserta. Dari jumlah tersebut, ada 27 orang yang menyerahkan gambar, kemudian setelah diadakan seleksi secara seksama, hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba. Setelah itu Dewan Juri dan para anggota mengadakan evaluasi, ternyata yang keluar sebagai pemenang ada 5 (lima) peserta yaitu:

a. F. Silaban dengan sandi “Ketuhanan”

b. R. Oetoyo dengan sandi “Istighfar”

c. Hans Groenewegen dengan sandi “Salam”

d. Lima orang Mahasiswa ITB dengan sandi “Ilham”

e. Tiga orang Mahasiswa ITB dengan sandi “Khatulistiwa”

Dari kelima pemenang tersebut, yang disepakati Dewan Juri dan para anggota adalah sandi Ketuhanan dengan arsitek F. Silaban sebagai pemenang.

Pada tahun 1961, diadakan penanaman tiang pancang pertama pembangunan Masjid Istiqlal. Tujuh belas tahun kemudian bangunan Masjid Istiqlal selesai dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 22 Februari 1978. Biaya pembanginan Masjid ini dengan dana APBN sebesar Rp 7.000.000.000,00 (Tujur Milyar Rupiah) dan USD 12.000.000 (Dua Belas Juta Dollar Amerika Serikat).

sumber: http://duniagus.blogspot.com/2008/07/sejarah-masjid-istiqlal.html

Eksotisme Pantai Lampuuk Aceh


Lampuuk Beach

Pantai Lampuuk adalah salah satu pantai yang paling mengesankan untukku. Ia memanjang dari utara hingga selatan. Dulu, sebelum peristiwa tsunami terjadi, pantai ini dipenuhi oleh penjaja ikan segar yang dilengkapi dengan tempat-tempat makan. Mereka akan menawarkan diri untuk memanggang dan memasakan ikan-ikan tersebut agar bisa langsung dinikmati oleh pengunjung pantai. Namun saat ini tidak tampak satupun tempat makan serupa itu lagi. Seakan pergi bersama dengan luruhnya rimbunan pohon cemara di tepian pantai yang bertumbangan akibat gerusan tsunami lima tahun silam.

Minggu kemarin aku memutuskan untuk menghabiskan akhir pekanku dengan menunjungi pantai yang berada di Desa Meunasah Masjid, Lhok Nga – Aceh Besar. Letaknya hanya sekitar sekitar 15 KM dari Kota Banda Aceh (dengan jalur Banda Aceh – Calang). Sehingga untuk mencapainya aku memerlukan waktu 30 menit dengan menggunakan motor.

Aku benar-benar menikmati saat itu. Hamparan pasir putih dan jilatan ombak bagaikan magnet raksasa yang menahanku untuk tak bergeming. Cahaya matahari memantulkan fatamorgana yang menakjubkan. Sepoinya angin menyembuhkan dahaga yang mengerang.Beberapa pengunjung terlihat berlari-lari di tepian pantai, ada juga yang menceburkan diri bersama ombak, berselancar menghantam ombak , atau hanya sekedar menatap laut yang tak berpenghujung. Berekreasi ke pantai ini adalah pilihan yang tepat untuk menghabiskan masa-masa akhir pekan. Letih yang menyergap seakan hilang ketika kaki mulai menginjak putihnya pasir.


So silent

Pantai Lampuuk ini terbilang sangat ramai di hari-hari libur, mulai dari siang hingga senja datang. Sehingga jika ingin menikmati ketenangannya, pastikan memilih hari kerja biasa. Namun, meski ramai, pantainya yang luas memanjang tetap bisa menampung ratusan bahkan ribuan orang yang ingin menikmati suasana sunset di sini.

Dibandingkan dengan pantai – pantai lain di Banda Aceh, Pantai Lampuuk merupakan pantai yang paling lengkap sarana dan prasarananya. WC umum dan beberapa kafe sederhana untuk beristirahat banyak ditemui sepanjang pantai ini. Bahkan di pantai ini juga ada life guard dengan tower pengawas, layaknya film Baywatch. Keberadaan tim penyelamat ini diprakarsai oleh sebuah organisasi lokal yang awalnya dimotori oleh pekerja asing yang bekerja di Banda Aceh.


Amazing

Selain itu, pengelola pantai juga menyediakan banana boat. Ingin sekali rasanya memacu adrenalinku dengan menaiki boat yang bentuknya seperti pisang itu. Tapi, ketika melihat orang-orang yang diceburkan ke dalam air setelah beberapa saat diajak berputar-putar, keinginanku pun luluh. Aku takut kedalaman.

Bagian Pantai Lampuuk paling ujung juga meninggalkan eksotisme tersendiri yang berbatasan langsung dengan dinding terjal dan tinggi. Birunya air laut nan berpendar hijau, terpadu dengan birunya langit serta hijaunya pepohonan di atas bukit terjal tersebut. Seorang sahabat memandang terjalnya dinding bukit dan menggumamkan keinginan untuk mendakinya. Pastilah itu yang juga dirasakan para penikmat panjang dinding bila mendekati lokasi ini.


Beristirahat sambil menikmati makanan dan minuman tentu nikmat

Pemandangan elok lainnya adalah saat matahari menjelang tenggelam, sunset di Lampuuk adalah pemandangan cantik yang sungguh sayang kalau dilewatkan begitu saja. Deburan ombak yang teratur diiringi angin berayun mendayu, merupakan perpaduan romantis.


Alam yang indah dan tenang

Belum lagi sambil menikmati jagung bakar manis serta es kelapa muda yang dihidangkan langsung dengan batoknya plus kucuran jeruk nipis pada kelapa muda tersebut, nikmatnya!

Namun begitu adzan maghrib berkumandang, segera bersiap-siaplah untuk beranjak meninggalkan pantai, bila tak ingin kenangan indah Anda diusik oleh beberapa pemuda lokal yang tak segan-segan mengusir pengunjung pantai untuk segera berlalu dari lokasi ini.



Sumber foto : kaskus regional Aceh (RATM) http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2912932


Mesjid Raya Baiturahman


Masjid Baiturahman

Mesjid Raya Baiturahman yang terletak di pusat kota Banda Aceh yakni di Pasar Aceh merupakan mesjid kebanggan masyarakat Aceh.

Sejarah mencatat pada jaman dulu ditempat ini berdiri sebuah Mesjid Kerajaan Aceh. Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada tahun 1873 Mesjid ini dibakar, namun untuk meredam kemarahan rakyat Aceh pada tahun 1875

Belanda membangun kembali sebuah Mesjid sebagai penggantinya yang berdiri megah saat ini.

Mesjid ini berkubah tunggal dan dibangun pada tanggal 27 Desember 1883. Selanjutnya Mesjid ini diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935. Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah (1959 – 1968)




Sumber: http://threeas.wordpress.com/2007/10/22/tempat-wisata-di-aceh/

Selasa, 10 Agustus 2010

Taman Laut Pulau Rubiah


Pulau yang luas perairannya mencapai 2.600 ha ini menawarkan indahnya alam bawah laut dan wisata bahari yang masih alami. Pulau ini dikenal sebagai surganya taman laut karena bentuknya yang seperti akuarium raksasa. Di dalamnya terdapat berbagai macam jenis ikan tropis, terumbu karang, kerang raksasa, dan masih banyak lainnya. Terumbu karang disini terdiri dari berbagai jenis, bentuk dan warna yang membentuk gugusan karang yang menarik. Untuk menuju ke kawasan ini, bisa menempuh jalan darat atau perairan menggunakan perahu nelayan. Jika menggunakan perahu, anda bisa menumpang kapal yang sudah disediakan (disewakan) oleh warga setempat. Kapal yang disediakan berupa speedbot atau kapal yang telah dilengkapi dengan kaca untuk melihat keindahan isi laut di sekitar Pulau Rubiah. Harga sewa boat mulai dari Rp 250.000 – 300.000 hingga kembali ke daratan di Iboih. Jika berkelompok, tentu ongkos sewa boat tidak terlalu berat. Tiap boat bisa menampung 10 orang penumpang.

Transportasi

Bagi anda yang pertama kali datang ke Banda Aceh dan ingin menggunakan jalur perairan, anda bisa menuju ke Pelabuhan Ulee Lheue. Setiap harinya, dua kali feri cepat dan sekali feri lambat berangkat dari Banda Aceh ke Pelabuhan Balohan, Sabang. Feri kapal cepat berangkat sekitar pukul 09.30 WIB dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Untuk feri lambat, menghabiskan waktu sekitar 2 jam dengan jam keberangkatan 10.30 WIB. Untuk jalur darat, anda bisa menggunakan minibus umum untuk menuju ke Pantai Iboih sekitar 1 jam perjalanan dengan kondisi jalan yang sudah beraspal. Setelah itu, anda bisa menyewa boat ke Rubiah dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.

(disadur dari berbagai sumber)

Pulau rubiah - sabang

Pulau yang luas perairannya mencapai 2.600 ha ini menawarkan indahnya alam bawah laut dan wisata bahari yang masih alami. Pulau ini dikenal sebagai surganya taman laut karena bentuknya yang seperti akuarium raksasa. Di dalamnya terdapat berbagai macam jenis ikan tropis, terumbu karang, kerang raksasa, dan masih banyak lainnya. Terumbu karang disini terdiri dari berbagai jenis, bentuk dan warna yang membentuk gugusan karang yang menarik. Untuk menuju ke kawasan ini, bisa menempuh jalan darat atau perairan menggunakan perahu nelayan. Jika menggunakan perahu, anda bisa menumpang kapal yang sudah disediakan (disewakan) oleh warga setempat.


Pulau rubiah bag.dalam

Kapal yang disediakan berupa speedbot atau kapal yang telah dilengkapi dengan kaca untuk melihat keindahan isi laut di sekitar Pulau Rubiah. Harga sewa boat mulai dari Rp 250.000 – 300.000 hingga kembali ke daratan di Iboih. Jika berkelompok, tentu ongkos sewa boat tidak terlalu berat. Tiap boat bisa menampung 10 orang penumpang.

Transportasi dari Banda Aceh ke Pulau Iboih

Bagi anda yang pertama kali datang ke Banda Aceh dan ingin menggunakan jalur perairan, anda bisa menuju ke Pelabuhan Ulee Lheue. Setiap harinya, dua kali feri cepat dan sekali feri lambat berangkat dari Banda Aceh ke Pelabuhan Balohan, Sabang. Feri kapal cepat berangkat sekitar pukul 09.30 WIB dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Untuk feri lambat, menghabiskan waktu sekitar 2 jam dengan jam keberangkatan 10.30 WIB. Untuk jalur darat, anda bisa menggunakan minibus umum untuk menuju ke Pantai Iboih sekitar 1 jam perjalanan dengan kondisi jalan yang sudah beraspal. Setelah itu, anda bisa menyewa boat ke Rubiah dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.



Sumber: http://www.acehbox.com/featured/taman-laut-pulau-rubiah/

Orang Minang Diami Pulau Simeulue Sejak Ratusan Tahun Lalu


Oleh: Muhammad Subhan


Falsafah Minang tentang keharusan merantau jika belum berguna di kampung halaman agaknya menjadi motivasi orang minang mengadu untung di negeri orang. Bisa disebut, tak sejengkal tanah pun di nusantara yang tak dijejaki orang minang. Bahkan ada guyon, kalaulah di bulan ada kehidupan di sana orang minang pun akan suka merantau.

Apa istimewanya sebuah pulau terpencil di wilayah Barat Nanggroe Aceh Darussalam bagi orang minang yang datang kesana mengadu nasib? Pulau kecil dan terpencil dan jauh dari daratan itu adalah Pulau Simeulue yang baru 10 tahun menjadi kabupaten definitif. Siapa sangka pula kalau orang minang yang mendiami pulau ini sekarang berjumlah sekitar 640 Kepala Keluarga (KK) atau lebih kurang 3000-an jiwa?

Menurut salah seorang pendiri Ikatan Keluarga Minang Simeulue (IKMS), Bagindo Sutan Mul Rivaz Koto (43 tahun), orang minang mendiami Pulau Simeulue sudah ada sejak ratusan tahun lalu, bahkan sebelum Belanda datang menjajah nusantara. Sejarah orang minang merantau ke Simeulue, ceritanya dari sumber yang dapat dipercaya, mulanya dari ekspedisi balatentara Kerajaan Pagaruyung yang melakukan pelayaran ke pulau itu. Salah seorang yang cukup disegani bernama Inyiak Tuo.

“Ada hubungan bilateral antara Kerajaan Aceh dan Kerajaan Pagaruyung di masa itu. Bahkan Sultan Aceh Iskandar Muda meminta seorang ulama asal Ulakan Padang Pariaman untuk menyebarkan agama Islam di Simeulue. Ulama itu kemudian di Simeulue dikenal sebagai nama Syekh Teungku Diujung,” ujar putra asal lereng Gunung Merapi, Canduang, Kecamatan IV Angkek, Kabupaten Agam ini.

Syekh Teungku Diujung tentu cukup dihormati. Murid Syekh Burhanuddin Ulakan ini menyebarkan agama Islam ke seluruh wilayah Pulau Simeulue hingga pulau-pulau kecil di sekitarnya. Banyak penduduk Simeulue yang fanatik akan kesantunan dan ketinggian ilmu agamanya. Banyak pula murid-murid yang menuntut ilmu kepadanya.

“Bahkan sampai sekarang, makam Syekh Teungku Diujung di Kampung Air Simeulue selalu ramai diziarahi oleh banyak pengunjung yang datang dari berbagai daerah,” kata Mul Rivaz yang saat ini mengabdi sebagai anggota kepolisian di Polres Simeulue sejak 4 tahun lalu.

Dia menyebutkan, organisasi IKMS merupakan organisasi minang yang baru dibentuk di Simeulue. IKMS berdiri pada bulan Juli 2009 lalu dan sekarang diketuai oleh Edi Tanjung, S.E., dengan masa jabatan 2009-2011. Sebelumnya memang ada organisasi minang di Simeulue, namanya Minang Serantau. Tapi beberapa masa sempat vakum.

“Untuk menggalang silaturahim sesama urang awak maka kami bersepakat mendirikan IKMS sebagai wadah utama membangun persatuan sesama perantau,” ujar Mul Rivaz yang telah merantau ke Aceh selama 22 tahun.

Dari jumlah 640 KK orang minang yang terdata di IKMS, jelasnya, sebagian besar didominasi orang minang asal Kabupaten Padang Pariaman dan Tiku Kabupaten Agam. Dari jumlah KK itu, mereka tersebar di beberapa kecamatan di Simeulue, di antaranya di Kecamatan Simeulue Timur (250 KK), Kecamatan Simeulue Tengah (150 KK), Kecamatan Simeulue Barat (20 KK), Kecamatan Teupah Selatan (15 KK), Kecamatan Teluk Dalam (10 KK), Kecamatan Salang (18 KK) dan Kecamatan Alafan (8 KK).

“Lumrahnya orang minang yang merantau ke daerah lain, orang minang di Simeulue juga berniaga, mulai dari berdagang kain, membuka warung makan, hingga pekerjaan swasta lainnya,” jelas Mul Rivaz.

Mengapa orang Minang senang tinggal di Simeulue ternyata tidak lepas dari adat dan budaya Simeulue. Ada kemiripan bahasa Simeulue dan bahasa minang. Di daerah ini sebagian masyarakatnya juga berbahasa minang yang kemudian dikenal sebagai bahasa Jamee (baca: bahasa tamu). Bahasa Jamee merupakan salah satu bahasa yang dimiliki salah satu suku di Aceh yang merupakan percampuran darah Minang-Aceh setelah proses perkawinan.

Bisa dikatakan orang minang di Simeulue cukup erat rasa persatuan dan kesatuan mereka. Meski IKMS baru terbentuk dan seumur jagung, berbagai kegiatan telah dilakukan, khususnya kegiatan-kegiatan sosial seperti penyelenggaraan kematian, olahraga, bazaar murah, dan juga melakukan dakwah di desa-desa terpencil. Bahkan mendukung program Pemda Simeulue saat ini IKMS sedang bekerja keras mempromosikan serta mengelola Danau Mutiara di Kecamatan Teluk Dalam dengan harapan bisa menjadi salah satu objek wisata andalan di Simeuleu.

“Walau kami sebagai perantau di sini, kami merasa Simeulue sudah menjadi kampung halaman kami sendiri,” ujarnya.

Begitupun, sebagai wujud perhatian warga perantau di Simeulue terhadap Sumatera Barat yang mengalami musibah gempa bumi pada 30 September 2009 lalu, seluruh warga minang Simeulue menggalang dana hingga berhasil mengumpulkan bantuan sebesar Rp20 juta. Dana sumbangan itu dikumpulkan secara spontan dengan melakukan berbagai kegiatan amal.

“Ketika mendengar Ranah Minang dilanda gempa hingga banyak menimbulkan korban jiwa, kami di Simeulue merasa turut berduka. Kami mendoakan semoga arwah para korban mendapat tempat yang mulia di sisiNYa,” ujar Mul Rivaz.

Untuk itu, mewakili pengurus IKMS lainnya dia berpesan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk bangkit kembali menata kehidupan masyarakat. Khususnya mengenai bantuan gempa dia harapkan benar-benar merata dan tidak disalahgunakan.

“Kepada para korban gempa kami doakan semoga dapat bersabar dan kuat menghadapi ujian ini. Bangkitlah kembali untuk menata masa depan Ranah Minang yang lebih baik,” harapnya. []

Foto:
DIKELOLA ORANG MINANG – Danau Mutiara di Kecamatan Teluk Dalam Simeulue, Aceh, ini dikelola oleh Ikatan Keluarga Minang Simeulue (IKMS) dengan harapan bisa menjadi salah satu objek wisata andalan di Pulau itu.



Sumber: http://penamuhammadsubhan.blogspot.com/2010/02/orang-minang-diami-pulau-simeulue-sejak.html

Pulau Simeulue

Kabupaten Simeulue adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri tegar di Samudera Indonesia. Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, dengan harapan pembangunan semakin ditingkatkan di kawasan ini.

Yang paling mencolok dari pulau simeulue adalah objek wisatanya yang sangat menawan, banyak orang-orang barat yang datang hanya untuk menikmati pemandangan khas pulau simeulue, dengan pantainya yang sangat indah mungkin jika dijadikan sebagai objek wisata terbuka untuk internasional akan sangat banyak mendatangkan anggaran untuk daerah, akan tetapi karena pulau simeulue merupakan salah satu pulau di NAD yang menerapkan syariat islam maka orang dari luar jarang yang datang kesana.


Pantai Ganting

Pantai Ganting termasuk salah satu pantai di antara sekian banyak pantai yang menjadi objek wisata di pulau simeulue, selain hamparan pasir yang memutih juga di latar belakangi oleh pulau siumat yang terkesan sangat indah, belum lagi karangnya yang menghiasi suasana laut di ganting. ganting terletak tidak seberapa jauh dari ibukota pulau simeulue ayaitu sinabang, mungkin sekitar 1/2 jam perjalanan.

Pantai Ganting
Pantai Busung
Pantai Busung terletak di daerah labuan bajau, tidak seberapa jauh juga dari sinabang, pantai busung terkesan dengan ombaknya yang sangat besar jadi sangat cocok bagi yang hobi berselancar, banyak turis disana baik dari dalam negeri maupun dari luar, selain ombak yang besar pantai busung juga memiliki pemandangan bawah laut yang sangat menawan, dihuni oleh berbagai macam hewan laut termasuk ambelik.

Pantai Busung
Pantai Sigulai
Pantai ini memang jarang di datangi para turis, mungkin karena letaknya yang sedikit jauh dari ibukota simeulue yaitu sinabang, kebanyakan yang datang kesana orang dari kampung-kampung tetangga, akan tetapi jika melihat dari segi nuansa indahnya pantai sigulai juga tidak kalah bila dibandingkan dengan pantai lain. pantai sigulai dilatar belakangi oleh pulau kalakala, ombak yang besar serta hamparan pasir putih yang menyilaukan mata.

Kamis, 05 Agustus 2010

SABANG

Sumber daya hayati pesisir dan lautan seperti populasi ikan hias, terumbu karang ,padang lamun, hutan mangrove dan berbagai bentang alam pesisir (coastal landscape) unik lainnya, membentuk suatu pemandangan alamiah yang begitu menakjubkan. Kondisi tersebut menjadi daya tarik yang sangat besar bagi wisatawan, sehingga pantas bila dijadikan objeck wisata bahari.

Potensi utama untuk menunjang kegiatan pariwisata di wilayah pesisir dan laut adalah kawasan terumbu karang; pantai berpasir putih atau bersih; dan lokasi-lokasi perairan pantai yang baik untuk berselancar (surfing), ski air, serta kegiatan rekreasi air lainnya. Luas kawasan terumbu karang yang terdapat di Indonesia mencapai 85.000 km2. umumnya perairan kawasan timur Indonesia memiliki terumbu karang yang lebih beraneka ragam. 

Diperkirakan bahwa ekosisitem terumbu karang memiliki keragaman spesies sebanyak 335-362 spesies karang scleractinian dan 263 spesies ikan hias laut. Hal ini menciptakan keindahan panorama alam bawah laut yang luar biasa bagi para penyelam, para wisatawan yang melakukan snorkeling, atau melihatnya dari atas kapal yang dasarnya berkaca (glass bottom boat). Oleh sebab itu, tidaklah berlebihan bila terumbu karang dapat dijadikan modal utama dalam pengembangan wisata bahari di Indonesia.

KEINDAHAN PANTAI SABANG 

Perjalanan dari Balohan ke kota Sabang melalui jalan yang agak berliku dan penuh dengan tanjakan dan turunan. Di daerah Mata Ie, tanjakan sudah lebar dan di Cot Ba’u ada turunan tajam yang sudah dialihkan jadi sudah agak landai. Dibeberapa tempat masih cukup curam. Kanan kiri jalan relatif sepi dari rumah penduduk, karena kiri jalan relatif curam sedangkan kanan jalan sebagian adalah tebing. Jalan ini rupanya ada tepat di daerah fault/patahan . Memasuki kota Sabang, yang berada di bagian Utara Pulau Weh, keramaian langsung terasa. 

Ingat Sabang, ingat Merauke, setidaknya itu adalah rangkaian kata dalam lagu Dari Sabang sampai Merauke , hasil karya R. Surarjo, yang sudah huapal banget sejak SD. Rangkaian kata ini juga masih marak dalam pidato, pengantar laporan, juga iklan-iklan. 

Pulau Weh, pulau serba ada. Mau gunung api? Ada yang masih ngebul, bisa ditemui di daerah Jaboi. Mau Danau, ada juga, namanya Danau Aneuk Laot, yang merupakan salah satu sumber utama air tawar kota Sabang. Mau keindahan pantai ? juga banyak. 
Kunjungan ke pantai bisa dimulai dari kota Sabang ke arah Timur kemudian sisir ke Selatan. Ada Pantai Kasih (sayang sekali terkena dampak yang cukup parah dari Tsunami Desember 2004), ada Pantai Tapak Gajah dan Pantai Sumur Tiga dengan pasir putih nya. 3 kilometer ke Selatan ada Pantai Ujung Kareung, tempat mancing yang ideal, ikan buanyak dalam jarak 25 meter dari pantai dan dengan kejernihan airnya… Jauh ke Selatan lagi, ada pantai Anoi Itam, pasir disini telihat berwarna hitam. Sebelum sampai Anoi Itam, ada benteng Buvark di Ujong Meutigo. Benteng ini di pinggir pantai dan cukup tinggi dari permukaan laut, menghadap ke Timur. Masih ada meriam yang tertinggal. Pemandangan dari ketinggian ini sangat indah. Air laut yang jernih menyibak keindahan bebatuan didasarnya… 

Konon kisahnya dahulu kala, Pulau Weh itu sebenarnya bersatu dengan Pulau Sumatera. Namun dalam sebuah gempa bumi dahsyat, keduanya terpisah seperti kondisi sekarang yang berjarak 18 mil! Akibat gempa itu lagi, Pulau Weh menjadi tandus dan gersang. 
Lalu ada seorang putri jelita di Pulau Weh yang meminta pada Tuhan agar Pulau Weh tidak gersang. Ia lalu membuang seluruh perhiasannya ke laut sebagai "kaulnya". Kemudian hujan pun turun, disusul gempa bumi. Akhirnya terbentuklah sebuah danau yang kemudian diberi nama Aneuk Laot di tengah-tengah pulau itu. Putri itu sendiri kemudian terjun ke laut. 

Tak usah dipermasalahkan benar-tidaknya, sebab namanya saja legenda. Tetapi yang pasti Danau Aneuk Laot seluas 30 hektar itu masih ada hingga sekarang. Dengan kapasitas air 7 juta ton, danau itu menjadi sumber air minum utama penduduk Sabang. Sementara sumber cadangan air datang dari empat danau lagi, Danau Paya Seunara, Paya Karieng, Paya Peuteupen dan Paya Seumesi. 

Halnya laut lokasi terjun dan tempat buangan perhiasan dan Sang Putri di sekitar Pantai Iboih dekat Pulau Rubiah, menjadi taman laut yang indah dengan hiasan utama terumbu karang dan ikan warna-warni. Keindahan itu jadi alasan utama kedatangan putri-putri jelita modern dari Jepang, Eropa dan Amerika. Sajian tubuh setengah telanjang mereka di tepian pantai, lantas menjadi alasan kedua bagi kedatangan turis domestik.

Begitulah, Sabang menjadi sebuah tujuan wisata dengan beragam keindahan. Banyak orang lantas memperbandingkannya dengan Bali, Bunaken dan Pantai Senggigi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pengandaian itu tidak terlalu berlebihan. Sabang memiliki sejumlah objek wisata mengagumkan dan layak dinyatakan: Sabang, the new terminology of paradise.
Objek wisata itu berjejer rata mulai dari Tugu Kilometer Nol (KM-0) Indonesia hingga ke kawasan Pantai Iboih, Pantai Gapang, Pantai Kasih, Pantai Pasir Putih, Pantai Sumur Tiga, Pantai Anontam, Pantai Tapak Gajah atau Pantai Lhung Angen. Bisa juga mendatangi Pulau Rubiah, Pulau Klah, Pulau Rondo dan Pulau Seulako. Menyaksikan alam bawah laut menjadi kenangan tersendiri. Nuansa sedikit berbeda terdapat di gua, Air Terjun Pria Laot dan Benteng Jepang. Tinggal pilih. 

*) Tugu KILOMETER NOL
Kendati punya banyak objek wisata, umumnya wisatawan yang datang ke Sabang, terutama wisatawan domestik, pertama-tama akan menyempatkan diri mendatangi Tugu Kilometer Nol (KM-0) Indonesia. Pulau Weh, merupakan pulau paling barat daratan Indonesia. Tugu ini menjadi batas penghitungan setiap jengkal wilayah Indonesia hingga ke Merauke di Papua. Dengan nilai penting semacam ini, pengunjung merasa perlu datang. Apalagi Sabang memberikan sertifikat bagi pengunjung yang sampai kemari.

Tugu KM-0 itu sendiri berada dalam areal Hutan Wisata Sabang di Ujong Ba'u, Kecamatan Sukakarya. Bentuknya berupa sebuah bangunan bundar warna putih berlantai dua. Tinggi sekitar 15 meter dengan beberapa undakan. Di lantai pertama, terdapat sebuah pilar bulat yang sayangnya sudah rusak dijahili orang-orang tidak bertanggung jawab, sehingga sulit diketahui bentuk awalnya. Di dinding bangunan menempel prasasti peresmian tugu yang ditandatangani Wakil Presiden Try Sutrisno di Banda Aceh, ibukota NAD, pada 9 September 1997.
Sementara di lantai dua atas yang terbuka, terdapat dua prasasti. Prasasti pertama ditandatangani Menteri Riset dan Teknologi/Ketua BPP Teknologi BJ. Habibie, pada 24 September 1997. Isinya menjelaskan bahwa penetapan posisi geografis KM-0 Indonesia itu diukur para pakar BPP Teknologi dengan menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS). Sementara prasasti kedua menjelaskan dalam angka-angka, posisi geografis itu, yakni 050 54’ 21. 42” Lintang Utara dan 950 13’ 00.50” Bujur Timur, dengan ketinggian 43,6 meter.Di seberang jalan tugu tersebut, terdapat batu penanda jarak berwarna kuning seperti biasa terlihat di pinggir jalan. Bedanya di situ tertulis angka nol. Hal yang tak lazim dijumpai pada batu penanda jarak lainnya.

Sebagai sebuah objek wisata, tugu KM-0 sudah memadai. Pepohonan tertata rapi, pelindung dari sengat matahari saat duduk di halte sambil memandang ke arah Lautan Hindia. Karena Weh merupakan daratan paling ujung, maka tidak akan ada pulau penghalang pandangan hingga ke Kepulauan Nicobar di India. Tentu saja mata telanjang tidak akan bisa melihat Kepulauan Nicobar, sebab jaraknya ratusan mil dari Sabang. 

Menjelang malam, cukup menyenangkan menyaksikan matahari terbenam. Bola matahari berwarna jingga, kemudian berubah merah menyala di antara awan tipis, lantas “turun” ke laut yang juga menjadi merah. 
Sayangnya keindahan tugu KM-0 terganggu akibat sejumlah coretan, termasuk di prasasti. Sehingga pengunjung yang ingin mengabadikan kenangan di prasasti dan tugu harus puas dengan hasil foto yang jorok.

*) Pesona Iboih

Pantai Iboih merupakan pantai paling populer. Seperti halnya tugu KM-0, tidak sah mengunjungi Sabang jika tak singgah di Iboih. Walau sebenarnya keindahan pantai merupakan pemandangan dominan di Sabang, tetapi Iboih yang berada di areal sekitar 1.300 hektar di Desa Iboih, Kec. Sukakarya ini punya pesona unik. Iboih merupakan pantai pertama dijumpai setelah mengunjungi tugu. Jarak antara keduanya enam kilometer.

Di Iboih yang teduh dan sejuk, air laut menghijau hingga ke tepian pantai. Sembari menunggu makan siang dengan menu sea food di beberapa warung sederhana yang berjejer rapi di tepian pantai, pengunjung bisa memuaskan diri dengan mandi air laut. Sewa peralatan snorkling hanya Rp 10 ribu sekali pakai, dengan jaminan kartu identitas. 

Jangan khawatir jika tidak bisa berenang. Ada tali tambang di dalam laut tempat bergelayut hingga agak ke tengah. Jika mampu, tidak masalah berenang sekitar 150 meter dari Iboih ke Pulau Rubiah. Pulau itu persis di depan Iboih sehingga bisa dilihat keindahannya dari tepian pantai. 

Pulau Rubiah sendiri sebenarnya merupakan kawasan taman bawah air seluas 2.600 hektar. Pengunjung dapat menyeberang dan menginap di pulau ini. Selalu ada boat dengan biaya antar-jeput Rp 100 ribu. Kalau mau mengelilingi pulau, sewa kapal Rp 200 ribu. 
Di tengah pengelilingan, boat akan berhenti sejenak. Pemilik boat kemudian menurunkan kotak kaca, sehingga dari kotak kaca itu penumpang dapat melihat ikan warna-warni berseliweran di antara terumbu karang di kedalaman antara 5 hingga 10 meter. 
Terumbu karang merupakan primadona wisata Sabang. Sejumlah turis biasa melakukan aktifitas selam (diving). Saat ini ada tiga operator diving di Sabang, yakni Pulau Weh Diving Centre dan Rubiah Tirta Divers di Iboih, serta Lumba-lumba Diving Centre di Pantai Gapang, sekitar 10 kilometer dari Iboih.

Mereka bisa memandu ke lokasi penyelaman paling menarik dengan bayaran US$ 20 atau sekitar Rp 200 ribu jika dikalikan kurs Rp 10 ribu. Namun Jika memang belum memiliki lisensi, terpaksa membayar US$ 225 untuk biaya kursus singkat pemula atau oven water diver. 

“Kursus hingga lima hari dengan instruktur yang berlisensi dari Profesional Association of Diving Instructor (PADI). Jika dibutuhkan, kita juga bisa memberi pelatihan untuk kelas adventure diver seharga US$ 125 dan dive master dengan tarif antara 550 hingga 750 dolar Amerika Serikat yang bisa dibayar dengan rupiah dengan kurs harian,” kata Udi M Djamil (30), Manager Operasional Lumba-lumba Diving Centre yang berdiri sejak tahun 1998. 

Setiap empat penyelam biasanya didampingi seorang instruktur. Lantas dengan boat bersama-sama menuju lokasi penyelaman. Sedikitnya anggota tim memang sengaja dibatasi untuk memaksimalkan penyelaman dan pengawasan keselamatan turis. Apalagi di beberapa daerah penyelaman, arus air cukup deras. 
Udi yang juga instruktur berlisensi PADI pertama di Sabang menyatakan, ada 20 lokasi penyelaman. Antara lain Arus Balele, Seulako’s Drift, Pantee Kleu, Rubiah Sea Garden, Batee Tokong dan Pantee Aneuk Seuke Canyon dan Pantee Panneuteung.

Sejumlah penyelam mengklaim, taman-taman bawah air itu setara dengan yang terdapat di Long Island, Maldives (Maladewa) di selatan India, Nusa Penida di Bali maupun di perairan Maluku. Namun Pulau Rubiah lebih unggul sebab memiliki banyak biota laut yang di negara-negara lain telah langka atau telah punah. Di antaranya ketam kelapa (Bigus latro), kima raksasa (Tridacna gigas), ikan bulu ayam (Lion fish). Selain itu juga kaya dengan tumbuhan ganggang serta terumbu karang warna-warni.

Keindahan plus keunikan itu membuat para penyelam merasa perlu datang secara khusus. Misalnya Maret lalu, 15 turis asal Jerman khusus datang ke Sabang untuk melakukan diving dan berada di Sabang sekitar dua minggu di sekitar kantor Lumba-lumba Diving Centre di Pantai Gapang. 

Jika diambil rata-rata, bisa dikatakan terdapat lima turis yang datang setiap hari khusus untuk menyelam. Turis-turis asing itu tidak berpengaruh terhadap situasi Aceh yang memanas sejak status Daerah Operasi Militer (DOM) diberlakukan di Aceh dan belakangan suhunya meningkat lagi karena pemerintah berencana memberlakukan operasi militer. 

Satu-satunya ancaman bagi keindahan terumbu karang itu datang dari kapal nelayan yang mengoperaskan penangkap ikan jenis pukat harimau. Sistem kerja kapal ini, menebar jala berikut pemberat besi yang akan menyapu hingga ke dasar laut. Akibatnya terumbu karang yang butuh waktu puluhan tahun untuk tumbuh, hancur sebentar saja. Dengan begitu muncul kesan nelayan tidak mempedulikan kondisi ekologis laut. Sebetulnya ubur-ubur berduri juga memakan terumbu karang, tetapi ancaman terbesar adalah dari pukat harimau ini. Jika pemerintah tidak segera ambil peduli, aset pariwisata Sabang akan hancur.
“TELUK PRIA LAOT”
POTENSI WISATA 

SEJARAH YANG MULAI TERPUBLIKASI 

Ada anekdot yang mengatakan “Ke-botak-an seseorang sangat tergantung dari cara dia berfikir, apabila botak di belakang dia berfikir tentang masa lalu (sejarah) dan apabila botak di depan dia berfikir tentang masa depan (future)”, tapi kita tidak membahas anekdot tersebut namun yang menarik adalah sejarah-sejarah atau kejadian-kejadian yang terjadi di masa lalu yang terkait dengan perkembangan dan keberadaan Sabang. 
Pada era tahun 1800-an negara-negara Eropa memulai melakukan ekspansi ke daerah-daerah yang masih terbelakang seperti kawasan Asia dan Afrika, negara Eropa yang sangat dominan melakukan ekspansi pada masa zaman itu adalah Inggris, Belanda, Jerman, Portugis, dan beberapa negara lain. 

Berdasarkan peta terbaru pada masa itu (akhir tahun 1870-an) Sabang adalah sebuah pulau yang terletak di posisi silang penghubung antar negara bahkan benua yang merupakan salah satu target negara-negara ekspansi untuk menguasai rute dan perdagangan dunia. Belanda adalah negara yang berhasil menguasai Sabang dengan mendirikan Kolen Station pada tahun 1881, selanjutnya melalui Firma De Lange pada tahun 1887 membangun sarana penunjang fasilitas pelabuhan, dan pada tahun 1895 Pemerintah Belanda membuka Sabang sebagai Pelabuhan Bebas untuk internasional yang dikelola oleh Sabang Mactscapij, dan sejak saat itu aktifitas lalu lintas di teluk Sabang sangat crowded dari hari ke hari. 

Memasuki tahun 1940 mulai pecah perang dunia kedua memperebutkan daerah kekuasaan sekaligus menunjukkan kekuatan militer masing-masing negara ke dunia internasional. Banyak harta benda negara yang kalah diambil alih oleh negara yang menang, kejadian ini juga terjadi di Sabang pada tahun 1940 ketika Sabang masih dikuasai oleh Belanda, kapal-kapal milik lawan perang Belanda yang masuk ke Sabang dirampas menjadi hak milik Pemerintah Belanda. Salah satu yang menjadi catatan sejarah kita pada hari ini adalah Kapal Sophie Rickmers milik kebangsaan Jerman dengan spesifikasi : 

· panjang total 134 m, 

· lebar 17,5 m, tinggi 8 m, 

· satu steam engine dengan kekuatan 2,900 HP, 

· kecepatan 12 knot 

· mempunyai crew sebanyak 42 orang 

Dirampas penguasa Belanda ketika memasuki perairan teluk Sabang namun Kapten kapal bersama crewnya tidak membiarkan Sophie Rickmers dirampas sehingga pada hari itu juga tanggal 10 Mai 1940 kapten bersama crew membuka palka Sophie Rickmer dan kapal besar tersebut dibiarkan tenggelam perlahan-lahan di Teluk Pria Laot bersama dua torpedo besarnya tanpa bisa diselamatkan penguasa Belanda. 
Berdasarkan data-data dari PT. Lumba-lumba – Gapang serta searching internet, ada beberapa informasi yang diperoleh mengenai Sophie Rickmer yaitu kapal ini dibuat dari tahun 1917 s/d 1920 oleh perusahaan The Rickmers-Werft di Bremerhaven sebuah Kota Bagian Barat Hamburg dengan material yang sangat baik, dan pertama dipakai pada tanggal 16 Juli 1920 di bawah lisensi perusahaan The Rickmers-Reederei. Adapun perusahaan The Rickmers-Reederei kabarnya sampai saat ini masih eksis di Jerman. 

Sampai sekarang kondisi kapal Sophie Rickmer yang ditenggelamkan di Teluk Pria Laot belum banyak diketahui secara umum. Hal ini sangat perlu bagi kita untuk mempublikasikan ke wisatawan nusantara dan wisatawan luar negeri tentang posisi kapal Sophie Rickmer. Menurut beberapa diver yang telah menyelam diseputar Teluk Pria Laot eksistensi kapal dapat dijumpai pada kedalaman sekitar 30 – 40 meter di bawah laut dan kondisi kapal masih utuh namun sudah terkorosi serta menjadi tempat sarang ikan-ikan dan binatang laut. 

Untuk meningkatkan pariwisata di Sabang, selain wisata bawah laut yang terkenal dengan sea garden under water yang berlokasi di sekitar Gapang dan Iboih, juga sangat penting untuk menjdi prioritas adalah wisata sejarah seperti keberadaan kapal Sophie Rickmer untuk dijadikan objek wisata sejarah dan wisata selam yang harus dikunjungi bila berada di Sabang, sehingga upaya memperpanjang dan memperlama (long stay) masa kunjungan wisatawan yang berada di Sabang dapat terpenuhi, semoga !!!! 
Tumpuan Harapan
BEBERAPA CARA MEMPROMOSIKAN OBJEK WISATA DI SABANG
Objek wisata yang terdapat disabang tidaklah asing lagi terdengar bahkan keindahannya sudah akrab di telinga masyarakat Internasional. 

Dengan semua pesona yang dimilikinya, wajar saja Sabang diharapkan menjadi penarik utama kunjungan turis ke Aceh. Kawasan Wisata Terpadu Sabang, akan ditempatkan dalam satu triangle bonded area yaitu mendekatkan Sabang dengan Phuket (Thailand) dan Langkawi (Malaysia) atau biasa disingkat Saphula.
Agaknya mereka yang belum pernah ke Sabang, lebih baik melekaskan diri datang. Keindahan Sabang sekarang ini belum tentu bisa disaksikan lima tahun ke depan. Kondisi gangguan keamanan di Aceh, serta status sebagai pelabuhan bebas bisa menjadi ancaman. 

Pelabuhan bebas berarti pembangunan kian pesat yang akan menghabiskan ruang dan menambah kesumpekan. Jika tak awas sejak kini, Sabang akan bergerak linier seperti Batam. Semua bersentral pada industri, produksi dan polusi. Sehingga tak akan ada lagi slogan: Sabang, the new terminology of paradise. 

Pengenalan keindahan daerah wisata ini dipromosikan dengan berbagai cara seperti melalui media massa dan juga rekomendasi dari turis yang sebelummya pernah merasakan keindahan sabang.
“Saya kira tidak ada masalah dengan kondisi Aceh. Saya mengetahui dari koran-koran dan televisi tentang gangguan keamanan dan politik di Aceh. Namun kondisi itu berbeda dengan pengalaman saya selama di Sabang,” kata Tom Radio (29). Lajang asal Amerika Serikat yang datang bersama temannya.

Pernyataan senada disampaikan Tania (34), asal Stutgart, Jerman yang sudah beberapa bulan tinggal di Sabang. “Saya sudah merekomendasikan kepada kawan-kawan dan keluarga untuk berlibur di sini. Bahkan sekarang, orang tua dan saudara-saudara saya juga berada di Sabang bersama saya,” ujar Tania.

Selain itu, media elektronik juga berpengaruh besar dalam memperkenalkan sabang ke dunia Internasional, seperti pengenalan yang melalui Internet, sehinnga dunia mengetahui keindahannya dan tentu saja tertarik untuk mengunjungi sabang dan merasakan sendiri keindahannya.






Sumber: http://pariwisatasabang.multiply.com/journal/item/1/PARIWISATA_SABANG