Kamis, 11 April 2013

Belum liar kalau belum ke Arus Citarik, Sukabumi


Anda termasuk penyuka kegiatan ekstrim? Pasti akrab mendengar kata rafting. Nah bagi yang suka rafting, patut dicoba ke Sungai Citarik, Sukabumi. Saya beserta rombongan pergi ke Citarik kira-kira jam 5 pagi. Perjalanan memakan waktu 5 jam.

Perjalanan tidak terasa jauh karena lancar. Was-wasnya hanya kita terjebak hujan karena kita pergi ketika bulan Desember. Sesampai di sana kita diberikan welcome drink & snack. Sambil makan risol, kita menyiapkan mental terlebih dahulu.

Setelah itu, kita diberikan pelampung, helm dan dayung. Kemudian dibagi berenam tiap kelompok. Masing-masing kelompok diperkenalkan dengan instrukturnya. Katanya sih dibagi sesuai berat badan karena maksimal 1 perahu 5-6 orang (belum termasuk instrukturnya).



Kemudian kami berjalan menuruni jalan bebatuan, nggak jauh, namun agak licin karena habis gerimis. Untungnya kita nggak disuruh bawa perahu sendiri.

Sampai di jalan turunan dengan lumayan lama (karena bentar-bentar kita foto-foto), kemudian mulai terdengar arus Sungai Citarik. Dari suaranya ajah terdengar kalau arusnya deras, suaranya bergemuruh kencang. Perahu-perahu karet berwarna orange sudah berjejer, maklum rombongan kami banyak ada 2 bis.

Kemudian instruktur mengajarkan kami. Ikuti kode saya yah. Kalau saya bila maju, tarik dayung ke belakang. Kalau saya bilang mundur, tarik dayung ke depan, Kalau saya bilang stop, dayung diletakkan dikedua paha. Kalau bilang BOOM, membungkuk dan pegang kedua kaki. Posisi tangan kanan jangan lepas dari gagang dayung dan tangan kiri di ujung dayung. Kaki selalu dibawah jok depan.”

Wuah seru!!!! Belum main saja, udah tegang gini. Tapi untungnya saya sudah pernah rafting dulu. Terlihat di perahu karet sebelah, ada yang menggantungkan sandal mereka di belakang perahu karet. Biar nggak hilang. Jadi kayak jualan sandal di sungai.



Ternyata arusnya dahsyat. Seru! Nggak salah dijuluki arus liar karena memang arusnya deras dan banyak pusaran-pusaran air yang bisa mikin kita muter-muter seru terbawa arus. Batu-batu di sekitar arus juga banyak sekali namun juga ada arus tenangnya yang bikin kita bisa berenang di tengah-tengah rafting.

Kita diputar-putar arus ke kanan, kiri, depan, belakang. Teman seperahu saya sampai terjengkang menimpa saya 2 kali. Perahu-perahu sebelah mana ada yang jatuh, terlempar ke sungai. Untung saya tetap stabil di perahu. Sssttt… rahasianya jaga kaki tetap tertahan di jok depan. Sakit sih tapi kamu jd seimbang. Kebetulan saya duduk di tengah. Kalau teman di depan saya kesusahan nggak bisa nyelipin kaki. Posisi tangan jangan tegang ketika arusnya sedang hebat, coba deh kamu angkat tangan ke atas sambil pegang dayung, wooo…… berasa naik wahana Niagara-gara tapi ga pake sabuk. Tapi inget kaki tetap diselipin di jok depan dan jangan berdiri yah. Instruktur pun tak henti-hentinya bilang kapal kita yang paling ramai.



Dibanding arus yang pernah saya coba di Bogor, yang ini lebih seru menurut saya. Tapi sayangnya kita pilih rafting yang jarak terpendek 5 km (1 jam) karena saya ikut rombongan di gereja jadi hanya membayar Rp 150.000,-. Semua sudah termasuk snack, makan, rafting, sertifikat, kamar mandi, asuransi dan mobil pick-up yang mengantar ke basecamp seusai kita mengikuti rafting.

Kalau yang suka rafting (termasuk saya hehe..) nggak puas yang jaraknya 5 km. Tapi kabarnya temen saya yang udah coba jarak terpanjang merasa bosan karena kelamaan.

Seusai  rafting kemudian kita menikmati kelapa muda di pinggir sungai. Segar! Terus kita naik mobil pick up, yup di baknya haha. Yang ini curam banget, Harus hati-hati karena menanjak curam tapi seru. Rafting di darat namanya.Eits.. ternyata setelah rafting, hujan pun datang. Kita beruntung sekali.


Sampai di basecamp, kita diberikan kantong plastik untuk baju ganti yang sudah basah. Semua sibuk mandi dan membersihkan diri. Nah untungnya di sana ada banyak bilik kamar mandi dan toilet. Sekitar ada 10 bilik. Bagi yang datangnya rombongan jadi menunggu tidak terlalu lama untuk mendapat giliran mandi. Airnya dinginseperti mandi dari kucuran air sungai Citarik. Kemudian kita makan siang dan makanannya enak banget. Sampai kita minta request makanannya nambah. Ada nasi putih, ayam goreng, tahu isi, sop, buah, kerupuk, sambel. Tapi enak banget.

Seusai makan, kita bersiap untuk pulang. Nah ini bagian nggak enaknya, perjalanan menempuh 7 jam karena macet. Maklum musim hujan, banjir dimana-mana. Disarankan datang ke sini musim kemarau yah. Ingin sekali datang ke sana lagi, karena masih kurang puas. Tunggu saya yah Citarik.

(Artikel ini sudah mendapat persetujuan penyebaran tulisan di situs GLII dari penulis aslinya, Novie)

0 komentar:

Posting Komentar