Seni Topeng di khasanah Nusantara begitu banyak. Salah satunya adalah Topeng Cirebonan. Walaupun sekilas tampak sederhana, ternyata mengandung arti kaya makna jika kita mau mengenalnya lebih dalam. Seperti yang sering kita lihat dalam Tari Topeng Cirebonan, pengaruhnya dalam sejarah masyarakat Cirebon dan sekitar sangat kental.
Menurut mas Tutun (35 tahun), terdapat 5 karakter atau wanda dalam pakem Topeng Cirebonan. Dari penjelasan pria yang menjabat wakil ketua Sanggar Pitulas ini, 5 karakter topeng dipengaruhi oleh dunia pewayangan. Karakter yang ada antara lain; Panji: mewakili karakter manusia yang masih polos, digambarkan dengan bentuk wajah sederhana dan warna putih polos. Rumyang: gambaran manusia yang meningkat perkembangannya. Samba: gambaran sosok remaja. Tumenggung: gambaran manusia yang sudah terkontaminasi, ada baik dan buruk. Terakhir adalah Klana atau Rahwana: gambaran karakter manusia yang serakah, keras atau jahat. Kelima karakter ini juga dapat diartikan sebagai simbol 5 rukun iman dalam Islam. Diharapkan melalui pertunjukkan Tari Topeng, penonton dapat merefleksikan dirinya dan memperbaiki kehidupannya dari tingkah laku yang jahat.
Seperti terlihat dalam pertujukan Tari Topeng, Topeng dengan karakter Panji, digambarkan wajah dengan warna putih polos dan ditarikan dengan minim gerakan layaknya sebuah meditasi. Lain halnya dengan tari topeng dengan karakter Klana, dengan gambaran wajah yang seram, tariannya juga penuh dengan gerakan dinamis.
Kelima karakter topeng ini tidak mempunyai perbedaan dalam menggambarkan jenis kelamin, pria atau wanita, namun hanya tingkatan kepribadian manusia.
Topeng Cirebon biasanya terbuat dari bahan kayu yang berasal dari pohon Jaran. Pohon yang biasa tumbuh di pekarangan pekuburan ini, memang mempunyai mitos tersendiri. Untuk menebang kayu pohon Jaran ini kabarnya memerlukan perhitungan hari baik terlebih dahulu dan diyakini memiliki kekuatan supranatural. Topeng yang terbuat dari kayu Jaran ini terlihat lebih hidup saat dimainkan, dibandingkan dengan kayu dari pohon yang lain. Selain mitos mistis, kayu Jaran juga terkenal kuat namun ringan. Memang bahan kayunya dapat juga diganti dengan kayu lain, baik dari pohon Mahoni ataupun Jati namun kualitasnya tak sebagus kayu pohon Jaran.
Pada perkembangannya pohon Jaran semakin langka. Sebagai alternatif dibuatlah Topeng Kreasi yang terbuat dari bahan modern. Kertas Pyland menjadi pilihan. “Selain pembuatannya yang mudah, penjualannya pun lumayan,” ujar mas Tutun. Awalnya kertas pyland, dipanaskan, lalu dicetak dengan meletakkannya di dalam ‘master’ selama 2-3 menit. Setelah terbentuk dapat langsung diberi warna dan dihias.
Untuk masternya sendiri terbuat dari campuran bahan serbuk gergaji yang telah dipadatkan dengan dicampur dengan lem khusus, lalu dipanaskan selama 2 hari. Untuk harga, Topeng Kreasi dapat berkisar antara 5-10 ribu rupiah, namun jika dengan pesanan khusus, dengan tambahan hiasan yang lebih mahal, topeng dapat bernilai hingga 2 juta rupiah. Namun untuk topeng yang terbuat dari kayu, harganya sekitar Rp.200.000,-
Saat ini Topeng Cirebonan, baik yang terbuat dari kayu maupun Topeng Kreasi mulai dikenal kembali. Dalam hajatan maupun kegiatan sekolah dan lainnya, topeng – topeng mulai digunakan dalam bagian acara, selain menjadi bagian penting dalam Tari Topeng, walaupun hal itu hanya untuk wilayah sekitar Cirebon. Semoga saja dengan akan diakuinya topeng sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO dalam waktu dekat ini, Seni Topeng dapat semakin berkembang dan kembali memasyarakat.
(sumber: http://tourismindonesiaonline.com/topeng-cirebonan-topeng-sederhana-yang-kaya-makna/)
0 komentar:
Posting Komentar