Website Get Lost in Indonesia

Berbagi foto perjalanan kamu waktu nyasar di Indonesia bersama Losteners lainnya melalui website Get Lost in Indonesia

Mau #GLiIShirt? Klik di sini!

Tetap tampil keren selama nyasar di Indonesia bersama #GLiIShirt. Ayo dapatkan segera, Losteners!

Bali yang Selalu Membuat Kita Kembali

Bali adalah destinasi favorit di Indonesia yang tiada henti-hentinya dikunjungi setiap tahun oleh wisatawan. Apa saja atraksinya yang membuat kita selalu kembali ke sana?

Galeri Curug Cilember

Berada di Ibukota tidak boleh menyurutkan niat untuk 'nyasar' keliling Indonesia. Mulai saja dari destinasi yang dekat seperti Curug Cilember.

Jogjakarta : Keramahan dan Budaya yang Membuat Rindu

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu. Inilah kerinduan pada Yogyakarta yang tersurat dalam sebuah lagu. Mungkinkah harus selalu kembali ke sana setiap waktu?

Kamis, 11 November 2010

Jumat, 07 Agustus 2009 Taman Wisata Wera, Kab. Donggala, Sulawesi Tengah


Taman Wisata Wera merupakan salah satu obyek wisata terkenal di Sulawesi Tengah. Pada awalnya, potensi wisata yang ada di kawasan ini adalah Air Terjun Wera dan kawasan hutan sekunder. Pada tahun 1980, kawasan ini ditetapkan menjadi Taman Wisata berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 843/Kpts/Um/11/1980 tanggal 25 November 1980, dengan luas kawasan sekitar 250 hektar.

Kawasan yang berada di ketinggian antara 150 meter-800 meter di atas permukaan laut (dpl) ini memiliki topografi berlereng dan berbukit terjal dengan kemiringan antara 60%-90%. Diantara perbukitan yang terjal tersebut terdapat sebuah lembah sempit yang merupakan aliran Sungai Wera.


Keistimewaan

Para wisatawan tidak hanya dapat menikmati sejuknya udara dan menyaksikan keindahan air yang jatuh dari atas tebing dengan ketinggian sekitar 100 meter, tetapi juga dapat melakukan berbagai kegiatan wisata yang menyenangkan seperti : mandi atau berenang di Sungai Wera yang airnya sejuk; mendaki gunung ke arah puncak bukit di sekitar air terjun sambil menikmati pemandangan yang indah; berkemah di daerah datar di bagian utara dan di puncak bukit dekat Dusun Ngatapapu; dan photo hunting keindahan alam di sekitar air terjun dan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Para wisatawan juga dapat menyaksikan keragaman flora dan fauna yang hidup di kawasan ini. Flora yang tumbuh di kawasan ini, antara lain : kenari/ntoli (canarium aspermun), bintangur (callophylum sp.), lebanu (nauclea sp.), beringin (ficus benyamina), lei (palagulum javanicum), serta beberapa tumbuhan epifit, seperti anggrek tanah, dan pakis sarang (asplenium nidus). Adapun jenis fauna yang hidup di kawasan ini, antara lain : monyet hitam (macaca tonkeana), enggang/allo (aceros cassidix), ayam hutan (gallus gallus), burung gagak (corvus sp.), babi hutan (sus colobensis), rusa (cervus timorencis), burung nuri kepala biru (trichoglossus omatus), dan kakatua jambul kuning (cacatua sulphurea).

Bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana alam yang berbeda, tidak jauh dari taman wisata ini (sekitar 2 km) terdapat wisata alam Pemandian Air Panas Mantikole. Para wisatawan dapat menjadikan Pemandian Air Panas Mantikole ini satu paket wisata dengan Taman Wisata Wera, sehingga perjalanan wisata para wisatawan lebih bervariasi dan menyenangkan.


Lokasi

Secara administratif, Taman Wisata Wera terletak di Kecamatan Dolo, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah.


Akses

Untuk mencapai kawasan Taman Wisata Wera tidaklah sulit karena terdapat jalan aspal yang menghubungkan Kota Palu (Ibukota Propinsi Sulawesi Tengah) dengan desa-desa di sekitar lokasi wisata, seperti Desa Balumpewa yang berjarak sekitar 1 km dari jalan raya. Dari Kota Palu menuju ke Desa Balumpewa yang berjarak 19 km, dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum atau carteran dalam waktu sekitar 45 menit. Selanjutnya, dari Desa Balumpewa ke lokasi air terjun yang berjarak 2 km, dapat ditempuh dengan berjalan kaki.


Harga Tiket Masuk

Masih dalam proses konfirmasi


Akomodasi dan Fasilitas

Untuk mengetahui lebih banyak tentang obyek wisata alam Taman Wisata Wera, para wisatawan dapat memperoleh informasi di Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam VI atau dari kantor Sub. BKSDA Sulawesi Tengah, dengan alamat : Jl. Prof. Moh. Yamin No. 19 Palu, Telepon 21106 atau 22287.


sumber: http://1indonesia.blogspot.com/2009/08/taman-wisata-wera-kab-donggala-sulawesi.html

Rabu, 10 November 2010

Topeng Cirebonan, Topeng Sederhana yang Kaya Makna

Seni Topeng di khasanah Nusantara begitu banyak. Salah satunya adalah Topeng Cirebonan. Walaupun sekilas tampak sederhana, ternyata mengandung arti kaya makna jika kita mau mengenalnya lebih dalam. Seperti yang sering kita lihat dalam Tari Topeng Cirebonan, pengaruhnya dalam sejarah masyarakat Cirebon dan sekitar sangat kental.

Dalam sejarahnya, topeng Cirebonan telah menjadi bagian dalam masyarakat. Sampai saat penyebaran agama Islam, Sunan Kali Jaga menggunakan topeng sebagai media dalam menyebarkan Syiar Islamnya. Sampai pada tahun 1960-an, Tari Topeng menjadi andalan hiburan rakyat. Setiap perayaan atau hajatan selalu menanggap Tari Topeng. Lewat tarian dan topenglah pesan – pesan moral dan keagaamaan ditanamkan ke masyarakat. Hanya saja dengan perkembangan dunia elektronik, TV dan radio menggeser hiburan rakyat ini. Hanya sedkikit seniman yang bertahan menekuni dunia seni tari topeng akibat himpitan ekonomi. Baru pada tahun 2000-an, Topeng Cirebonan mulai diangkat kembali kepermukaan.



Menurut mas Tutun (35 tahun), terdapat 5 karakter atau wanda dalam pakem Topeng Cirebonan. Dari penjelasan pria yang menjabat wakil ketua Sanggar Pitulas ini, 5 karakter topeng dipengaruhi oleh dunia pewayangan. Karakter yang ada antara lain; Panji: mewakili karakter manusia yang masih polos, digambarkan dengan bentuk wajah sederhana dan warna putih polos. Rumyang: gambaran manusia yang meningkat perkembangannya. Samba: gambaran sosok remaja. Tumenggung: gambaran manusia yang sudah terkontaminasi, ada baik dan buruk. Terakhir adalah Klana atau Rahwana: gambaran karakter manusia yang serakah, keras atau jahat. Kelima karakter ini juga dapat diartikan sebagai simbol 5 rukun iman dalam Islam. Diharapkan melalui pertunjukkan Tari Topeng, penonton dapat merefleksikan dirinya dan memperbaiki kehidupannya dari tingkah laku yang jahat.

Seperti terlihat dalam pertujukan Tari Topeng, Topeng dengan karakter Panji, digambarkan wajah dengan warna putih polos dan ditarikan dengan minim gerakan layaknya sebuah meditasi. Lain halnya dengan tari topeng dengan karakter Klana, dengan gambaran wajah yang seram, tariannya juga penuh dengan gerakan dinamis. 

Kelima karakter topeng ini tidak mempunyai perbedaan dalam menggambarkan jenis kelamin, pria atau wanita, namun hanya tingkatan kepribadian manusia.



Topeng Cirebon biasanya terbuat dari bahan kayu yang berasal dari pohon Jaran. Pohon yang biasa tumbuh di pekarangan pekuburan ini, memang mempunyai mitos tersendiri. Untuk menebang kayu pohon Jaran ini kabarnya memerlukan perhitungan hari baik terlebih dahulu dan diyakini memiliki kekuatan supranatural. Topeng yang terbuat dari kayu Jaran ini terlihat lebih hidup saat dimainkan, dibandingkan dengan kayu dari pohon yang lain. Selain mitos mistis, kayu Jaran juga terkenal kuat namun ringan. Memang bahan kayunya dapat juga diganti dengan kayu lain, baik dari pohon Mahoni ataupun Jati namun kualitasnya tak sebagus kayu pohon Jaran.

Pada perkembangannya pohon Jaran semakin langka. Sebagai alternatif dibuatlah Topeng Kreasi yang terbuat dari bahan modern. Kertas Pyland menjadi pilihan. “Selain pembuatannya yang mudah, penjualannya pun lumayan,” ujar mas Tutun. Awalnya kertas pyland, dipanaskan, lalu dicetak dengan meletakkannya di dalam ‘master’ selama 2-3 menit. Setelah terbentuk dapat langsung diberi warna dan dihias.

Untuk masternya sendiri terbuat dari campuran bahan serbuk gergaji yang telah dipadatkan dengan dicampur dengan lem khusus, lalu dipanaskan selama 2 hari. Untuk harga, Topeng Kreasi dapat berkisar antara 5-10 ribu rupiah, namun jika dengan pesanan khusus, dengan tambahan hiasan yang lebih mahal, topeng dapat bernilai hingga 2 juta rupiah. Namun untuk topeng yang terbuat dari kayu, harganya sekitar Rp.200.000,-

Saat ini Topeng Cirebonan, baik yang terbuat dari kayu maupun Topeng Kreasi mulai dikenal kembali. Dalam hajatan maupun kegiatan sekolah dan lainnya, topeng – topeng mulai digunakan dalam bagian acara, selain menjadi bagian penting dalam Tari Topeng, walaupun hal itu hanya untuk wilayah sekitar Cirebon. Semoga saja dengan akan diakuinya topeng sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO dalam waktu dekat ini, Seni Topeng dapat semakin berkembang dan kembali memasyarakat.

(sumber: http://tourismindonesiaonline.com/topeng-cirebonan-topeng-sederhana-yang-kaya-makna/)

Senja di Pasar Ngarsopuro

Mengelilingi kota Solo di waktu sore memang mengasyikkan. Di tengah perjalanan kami melewati sebuah jalan yang dipenuhi hiasan seni dan hiburan. Kami baru mengetahui bahwa Pasar Ngarsopuro telah mengalami penataan baik bangunan maupun lingkungan yang terdapat di dalam kawasan tersebut.


"Pasar Ngarsopuro terletak di jalan yang menghubungkan antara kawasan citywalk Jalan Slamet Riyadi dengan Pura Mangkunegaran."

Menikmati beberapa sudut kawasan ini memang memberikan seni dan daya tarik seseorang untuk mengunjungi tempat ini. Akhirnya kami berhenti dan memarkir sepeda motor kami untuk berjalan dan berkeliling di sekitar kawasan Pasar Malam Ngarsopuro.


Suasana begitu lenggang namun masih banyak aktivitas di sekeliling pasar seperti wedangan hik dan penjual makanan lainnya. Disebuah sudut jalan sedang ada persiapan untuk sebuah minishow yang rutin digelar setiap minggu.


Beberapa ornamen dan topeng dipasang di sepanjang jalan disekitar Pasar Ngarsopuro membuat suasana terasa unik. Namun cukup disayangkan, beberapa diantaranya sudah mengalami kerusakan dan belum diperbaiki.

"Lampu Sangkar Burung merupakan simbol keunikan yang dipancarkan oleh Pasar Ngarsopuro."

Hal yang cukup menarik adalah keberadaan lampu sangkar burung yang terletak di bagian ujung jalan yang berdekatan dengan kawasan citywalk jalan Slamet Riyadi. Bentuknya cukup unik dan mampu menarik pengunjung untuk menikmati keindahannya. Sayang, ada beberapa lampu yang telah mati dan mengurangi keindahan lampu sangkar burung.


sumber : http://teamtouring.net/senja-di-pasar-ngarsopuro.html

Selasa, 09 November 2010

Situs Candi Klero

Di tepi jalan raya yang menghubungkan antara kota Semarang dengan kota Surakarta terdapat sebuah situs candi yang bernama Candi Klero/Tengaran.



"Candi Klero atau kadang disebut Candi Tengaran merupakan candi hindu yang terletak di Desa Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang."

Suasana terlihat sepi ketika memasuki kawasan Situs Candi Klero ini. Memang kelihatannya candi ini belum dikembangkan sebagai objek wisata. Lokasinya cukup tersembunyi dari jalan raya sehingga cukup wajar bila banyak orang tidak mengetahui bahwa di desa Klero ini terdapat sebuah candi.



Bangunan Candi Induk Klero mirip dengan Candi Sambisari namun tidak ada dinding yang mengelilinginya. Selain itu hanya terdapat satu candi induk tanpa ada candi perwaranya. Dinding candi yang biasanya banyak relief dan arca, tidak tampak di candi ini, hanya terlihat sebagai batu berukuran kotak yang disusun secara rapi. Tidak adanya arca di badan candi entah karena batu penyusunnya sudah banyak yang tidak asli lagi atau memang ciri khas Candi Klero demikian.



Memasuki bagian dalam candi, terdapat lingga dan yoni yang berukuran cukup besar hampir memenuhi ruangan dalam candi. Bentuk dan ukurannya hampir mirip dengan lingga dan yoni yang terdapat di Candi Induk Sambisari. Di bagian sudut ruangan terdapat sesaji dan dibagian pintu masuk ruangan dalam candi diberi tirai dari bambu. Hal ini membuktikan Candi Klero masih digunakan sebagai tempat beribadah. Meninggalkan candi induk dan berjalan menuju pintu keluar, kami mendapati beberapa potongan batu dan sepasang lumpang dan alu.


"Mbah Lumpang Kentheng merupakan nama batu yang ditemukan berbentuk lumpang dan alu di samping candi. Lumpang dan alu tersebut terbuat dari batu andesit. (sumber: wijna.web.id)."


Selesai menikmati Candi Klero, kami meninggalkan tempat ini kembali ke kos yang dekat situs candi ini. Penataan situs candi sudah cukup baik, sayang belum dikembangkan sebagai objek wisata.

== Tiket Masuk : Gratis

sumber : http://teamtouring.net/situs-candi-klero.html

Wisata Edukasi di Museum Gunung Merapi

Di dekat Kawasan Wisata Alam Kaliurang terdapat museum yang belum lama selesai dibangun. Museum itu bernama Museum Gunung Merapi yang belum lama ini dibuka untuk umum.



"Museum Gunung Merapi diresmikan dan dibuka pada tanggal 1 November 2009. Museum ini terletak di Dusun Banteng, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Bangunan museum yang berbentuk limasan segitiga tidak beraturan dibangun sesuai filosofi bangunan Jawa (Yogyakarta) serta wilayah Gunung Merapi yang berwujud kombinasi teknologi dan budaya yang disesuaikan dengan aturan adat (Pakem) mengikuti garis imaginer. Garis Imaginer merupakan penghubung gunung Merapi, Tugu Yogyakarta, Kraton Yogyakarta serta laut selatan."

Memasuki pintu masuk, kami memasuki sebuah bangunan yang cukup luas yang terdiri dari dua lantai, namun lantai dua masih dalam tahap penyelesaian. Di ruangan yang berbentuk melingkar ini kami dihadapkan pada sebuah miniatur Gunung Merapi yang terdapat beberapa tombol untuk mendengarkan beberapa peristiwa erupsi yang terjadi di Gunung Merapi dari tahun ke tahun.



"Fasilitas yang terdapat di dalam Museum Gunung Merapi antara lain informasi mengenai pengetahuan kegunungapian, diorama, peralatan yang digunakan untuk mengawasi kegiatan gunung berapi, foto-foto letusan gunung berapi, dan On The Merapi Volcano Trail. Koleksi yang dipamerkan antara lain Volcano World berisi bahan-bahan pengetahuan tentang gunung merapi di dunia, perlengkapan upacara ritual penghormatan gunung Merapi, koleksi bencana gempa bumi dan Tsunami, dan koleksi puing-puing bencana letusan Gunung Merapi"

Perjalanan selanjutnya, kami memasuki sebuah area yang terdapat banyak foto-foto mengenai peristiwa erupsi Gunung Merapi dari tahun ke tahun dan foto gunung berapi yang terdapat di Indonesia.


"Indonesia mempunyai 500 gunung merapi dengan 129 diantaranya adalah gunung merapi aktif atau sekitar 13 % dari jumlah gunung berapi di dunia."

Ruangan selanjutnya berupa koleksi peralatan yang digunakan pada Pos Pengamatan gunung Merapi yang tidak digunakan lagi. Benda-benda tua seperti radio, laptop dan komputer tua, seismograf, dan lain-lain dipajang di dalam etalase kaca.




Akhir tour mengelilingi museum, kami melihat sebuah ruangan yang memamerkan puing-puing sisa bencana wedhus gembel (awan Panas) yang melanda daerah Kaliadem beberapa tahun lalu yang mengakibatkan 2 korban tewas terpanggang didalam bunker. Di ruangan ini dipamerkan beberapa batuan lava yang menimbun kawasan Kaliadem, bangkai sepeda motor, dan foto-foto bencana wedhus gembel di Kaliadem.



Perjalanan mengelilingi museum telah berakhir, kami disuruh mengisi buku tamu yang telah disediakan dan meninggalkan museum ini. Museum Gunung Merapi memang cocok digunakan sebagai wisata edukasi bagi siswa-siswa yang masih menimba ilmu di sekolah. Namun masih perlu banyak pembenahan karena masih banyak fasilitas yang belum selesai pengerjaannya, ada kekurangan dari segi penyampaian informasi, dan sedikitnya koleksi yang dipamerkan di museum ini. Kedepannya semoga ada penambahan koleksi dan media informasi yang dapat menambah minat wisatawan berkunjung ke tempat ini.

== Tiket Masuk
Dewasa: Rp3.000,-/orang
Anak: Rp2.000,-/orang

== Rute
berjarak 600 meter arah selatan dari pintu gerbang obyek wisata Kaliurang

sumber : http://teamtouring.net/wisata-edukasi-di-museum-gunung-merapi.html